Admin Admin
Jumlah posting : 549 Registration date : 08.01.08
| Subyek: Dampak Kenaikan Harga BBM Fri May 23, 2008 1:39 pm | |
| SUARA PEMBARUAN DAILY Dampak Kenaikan Harga BBMAngka Putus Sekolah Bisa Capai 15 Juta AnakSP/ Ignatius Liliek - Arist Merdeka Sirait [JAKARTA] Skenario pemerintah menaikkan harga bahan bakar minyak (BBM) akan berdampak langsung pada melonjaknya angka putus sekolah. Angka putus sekolah 2007 yang mencapai 11,7 juta anak, bisa melonjak naik menjadi 12,7 juta sampai 15 juta anak.
Akibatnya, program wajib belajar pendidikan dasar (wajar dikdas) 9 tahun yang dicanangkan tuntas 2008 ini, terancam gagal. Padahal, melalui program ini, salah satu tujuan akhir dari Millenium Development Goals (Tujuan Pembangunan Milenium/MDGs) yang menyatakan penghapusan kemiskinan pada 2015.
Hal itu dikemukakan, Sekretaris Jenderal Komisi Nasional Perlindungan Anak (Komnas PA) Arist Merdeka Sirait, kepada SP, di Jakarta, Kamis (22/5). "Kami tengah mengkaji lagi dan menunggu semua data terkumpul dari kantor Komnas PA di daerah mengenai lonjakan angka putus sekolah sebagai dampak kenaikan BBM," katanya.
Dia mengungkapkan, data yang dihimpun dari 33 Kantor Komnas PA di 33 provinsi, jumlah anak putus sekolah pada tahun 2007 sudah mencapai 11,7 juta anak.
"Jumlah itu pasti sudah bertambah lagi tahun ini, mengingat keadaan ekonomi nasional yang kian memburuk. Salah satunya, kenaikan BBM," katanya.
Dibandingkan pada tahun 2006, lanjutnya, jumlahnya sekitar 9,7 juta anak. "Ada kenaikan 20 persen pada 2007 sehingga menjadi 11,7 juta anak," katanya.
Menurutnya, kasus putus sekolah yang paling menonjol tahun ini terjadi di tingkat SMP, yaitu 48 persen. Adapun di tingkat SD tercatat 23 persen. Sedangkan persentase jumlah putus sekolah di tingkat SMA adalah 29 persen.
Kalau digabungkan kelompok SMP dan SMA, jumlahnya mencapai 77 persen. Dengan kata lain, jumlah anak usia remaja yang putus sekolah tahun 2007 tak kurang dari 8 juta orang.
"Dampak ikutan, anak-anak yang berkeliaran di jalan-jalan di Jakarta juga akan terus bertambah. Setelah mereka putus sekolah tentu mereka akan berupaya membantu ekonomi keluarga dengan bekerja apa pun. Artinya, mereka melakukan untuk bertahan hidup," katanya.
Ditambahkan, pada tahun 2007 sekitar 155.965 anak Indonesia hidup di jalanan. Sementara pekerja di bawah umur sekitar 2,1 juta jiwa. Arist menambahkan, kalau pemerintah tidak segera membenahi persoalan ini maka program wajar dikdas yang dicanangkan tuntas 2008 akan gagal.
Kemiskinan
Di tempat terpisah, Dirjen Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah (Mandikdasmen) Depdiknas Suyanto mengemukakan, faktor kemiskinan mengakibatkan angka putus sekolah masih tinggi. Dikatakan, angka putus sekolah SMP/MTs yang pada 2007 masih cukup tinggi, yaitu 1,84 persen atau 211.634 siswa per tahun.
"Masalah ini memang bukan perkara mudah. Tingginya angka putus sekolah di tingkat SMP/MTs itu disebabkan kemiskinan. Mereka harus bekerja membantu orangtuanya. Kemungkinan, tahun ini meningkat," katanya.
Dia menjelaskan, berbagai upaya dilakukan pemerintah karena pada 2008 merupakan tahun pencapaian terakhir target penuntasan wajar dikdas 9 Tahun. Hingga akhir 2007, angka partisipasi murni (APM) SD/MI/sederajat sudah mencapai angka 94,90 persen dan angka partisipasi kasar (APK) SMP/MTs/sederajat sudah mencapai 92,52 persen.
Dengan demikian, diperlukan kenaikan APM sekitar 0,10 persen dan kenaikan APK sebesar 2,48 persen. Namun, diakui Suyanto, dibutuhkan kerja keras.
Tantangan yang dihadapi pemerintah dalam penuntasan wajar dikdas 9 Tahun, antara lain, masih ada sebagian anak usia 7-12 tahun yang belum mendapat layanan pendidikan karena faktor ekonomi, angka putus sekolah di kelas I dan II yang masih cukup tinggi, serta sarana dan prasarana serta fasilitas belajar yang belum memadai. [W-12] | |
|