anwarp
Jumlah posting : 122 Location : Jakarta Registration date : 16.01.08
| Subyek: Pertarungan Politik Obama-Hillary Wed Feb 27, 2008 4:15 pm | |
| SUARA PEMBARUAN DAILY Pertarungan Politik Obama-HillaryDi tangan Bush, kredibilitas Amerika di tengah-tengah komunitas internasional berada pada titik nadir sehingga negara ini kehilangan kepercayaan di kalangan masyarakat dunia
Oleh Amich Alhumami
Momentum untuk merebut kemenangan dalam pencalonan kandidat presiden dari Partai Demokrat tampaknya makin kuat bergeser ke Obama. Seusai "Selasa Super" 5 Februari 2008, Obama meraih kemenangan besar secara beruntun di semua negara bagian dalam pemilihan pendahuluan (primary) mulai dari Washington (Seattle) di pantai barat sampai Washington DC, jantung Amerika, dan wilayah lain di pantai timur. Obama kian memacu kecepatan untuk menambah perolehan delegasi dengan memanfaatkan secara maksimal momentum yang berpihak kepadanya.
Pergeseran momentum ini oleh publik Amerika disebut the Obama effect yang bukan saja telah menyalip Hillary dalam pengumpulan jumlah delegasi, melainkan juga kemungkinan dapat menghentikan langkah senator New York yang berambisi menjadi perempuan presiden pertama negara adidaya itu. Di negara bagian Wisconsin Obama juga menang telak atas Hillary dengan angka 58 persen lawan 41 persen, yang kian mengukuhkan posisinya dalam memimpin kompetisi menuju konvensi nasional dengan jumlah delegasi masing-masing sebanyak 1.366, menang di 24 negara bagian dan 1.264, menang di 13 negara bagian (BBC online 25/02/08).
Obama memang konsentrasi penuh untuk meraih kemenangan di Wisconsin, wilayah dengan karakteristik pemilih liberal dan berpendidikan yang memang lebih condong kepadanya. Senator Illinois yang berambisi menjadi presiden berkulit hitam pertama ini ingin mempertahankan momentum dengan meraih kemenangan telak dalam semua primaries sepanjang bulan Februari ini. Di negara bagian Hawaii, tempat Obama dilahirkan dan tumbuh-besar, juga diprediksi akan menang.
Kemenangan Obama secara beruntun ini bukan saja memukul Hillary, melainkan juga membuatnya berada dalam tekanan psikologis yang sangat berat. Untuk menahan laju Obama, Hillary berupaya keras dan konsentrasi penuh untuk kampanye di tiga negara bagian berpenduduk padat yakni Ohio, Texas (primary 4 Maret), dan Pennsylvania (primary 22 April) dengan total delegasi yang diperebutkan sebanyak 600 orang. Ohio dan Pennsylvania jelas menjadi target utama Hillary, mengingat kedua negara bagian ini merupakan 'blue-collar states' yang paling parah terkena dampak resesi ekonomi di akhir pemerintahan Presiden George W Bush.
Dukungan "Superdelegates"
Pemilih Demokrat di kedua negara bagian tersebut diperkirakan condong ke Hillary, karena dipandang sebagai figur yang mampu menawarkan solusi atas persoalan krisis ekonomi yang kini sedang melanda Amerika. Hillary berharap bisa unggul di Texas karena komposisi demografi di negara bagian ini didominasi warga Hispanic. Seperti California, Texas merupakan negara bagian berpenduduk mayoritas Latinos yang mengagumi Hillary karena kefasihannya berbahasa Spanyol. Selain itu, Hillary berupaya keras meraih dukungan dari superdelegates berjumlah hampir 800 orang, yang akan menjadi penentu bilamana Obama atau Hillary tak mampu mengumpulkan 2.025 delegasi. Mereka terdiri atas anggota kongres, pengurus partai, gubernur, dan mantan presiden/wakil presiden yang memiliki hak istimewa karena punya suara untuk ikut memilih kandidat presiden.
Menurut Associated Press, sejauh ini dukungan dari superdelegates sebanyak 224 untuk Hillary dan 136 untuk Obama. Namun demikian, masih terbuka kemungkinan suara mereka berubah ketika konvensi nasional yang akan berlangsung pada 25-28 Agustus nanti di Denver, Colorado. Meskipun mempunyai preferensi individual dan bersifat independen, namun para superdelegates tentu akan mempertimbangkan popular votes yang tercermin pada hasil primaries di semua negara bagian sekiranya mereka lebih menghendaki Obama menjadi kandidat presiden.
Pertarungan sengit Obama- Hillary memaksa keduanya untuk menggalang dukungan sebesar-besarnya dari pemilih potensial di kalangan warga Demokrat. Kelompok pendukung kedua kandidat tampak terbelah dengan latar belakang dan karakteristik yang berbeda. Obama lebih banyak dipilih oleh warga keturunan Afro-American, generasi muda, kalangan terpelajar, kelompok independen dan moderat, serta golongan berstatus ekonomi mapan. Sementara basis dukungan Hillary adalah warga keturunan Hispanic, penduduk perdesaan, kaum perempuan berusia di atas 60-an, dan less well-off groups.
Sejauh mana Obama dan Hillary mampu memperluas dukungan publik dan meraih suara dalam primaries berikutnya sangat bergantung pada pasokan dana untuk kampanye. Melihat gerak kemenangan bergeser ke arah Obama, para donatur berlomba memberi sumbangan kepadanya. Sementara kubu Hillary mengalami krisis finansial yang justru diperlukan untuk menopang kampanye yang membutuhkan dana sangat besar.
Partai Republik
Kubu Partai Republik yang sudah hampir pasti menetapkan McCain sebagai kandidat tunggal tampaknya lebih menyukai berhadapan dengan Hillary, karena berpotensi untuk meraih kemenangan. Beberapa polling memberi gambaran mengenai peluang kemenangan di antara kandidat yang bertarung. Polling majalah Time menunjukkan, jika kontes presidensial antara Obama-McCain, sebanyak 46 persen memilih Obama dan sebesar 41 persen memilih McCain. Sementara bila pertarungan antara Hillary-McCain, keduanya berbagai angka sebesar 46 persen (Time, 07/02/08). Polling serupa oleh CNN menunjukkan perbandingan angka yang lebih mencolok, Obama meraih 52 persen sedangkan McCain mendapat 44 persen (CNN, 08/02/08). Prediksi peluang kemenangan McCain lebih besar bila berhadapan dengan Hillary dibandingkan bila berhadapan dengan Obama disebabkan dua hal. Pertama, Hillary memunculkan sentimen negatif yang sangat kuat di publik Amerika karena dianggap sebagai figur pemecah belah, yang tak kondusif bagi upaya memelihara kohesi sosial dalam masyarakat. Sebanyak 44 persen responden menyatakan 'tak menyukai Hillary' dan sebanyak 36 persen saja yang 'tak menyukai McCain.'
Kedua, figur Hillary dinilai tidak menawarkan kebijakan terobosan dan tak membawa gagasan baru, sehingga kurang lebih sama dengan administrasi pemerintahan George Bush. Karena itu, jika Hillary yang muncul sebagai kandidat presiden Partai Demokrat, maka rakyat Amerika akan cenderung memilih McCain yang dianggap lebih tangguh, stabil, dan solid terutama dalam menghadapi berbagai persoalan besar dunia yang melilit Amerika.
Di pihak lain, rakyat yang menghendaki Obama memimpin Amerika pun terus mengalami akumulasi dari waktu ke waktu. Mengapa rakyat Amerika cenderung memilih Obama bila berhadapan dengan McCain, karena mereka menghendaki figur pemimpin baru yang benar-benar genuine sehingga mampu melepaskan bangsa Amerika dari jebakan masalah baik domestik maupun luar negeri.
Selain isu domestik yang ditandai oleh perekonomian yang sedang mengalami krisis, isu luar negeri juga mendapat perhatian besar dari rakyat Amerika, terutama bagaimana upaya memulihkan citra buruk Amerika di mata dunia akibat agenda perang Presiden George Bush, yang melahirkan sikap antipati dan kebencian pada negara adidaya itu. Di tangan Bush, kredibilitas Amerika di tengah-tengah komunitas internasional berada pada titik nadir sehingga negara ini kehilangan kepercayaan di kalangan masyarakat dunia. Untuk itu, rakyat Amerika membutuhkan figur presiden yang benar-benar mampu membangun kembali politik luar negeri dan diplomasi internasional yang rusak oleh pemerintahan Bush yang bercitra agresor, gemar berperang, serta senang melakukan invasi dan menduduki negara lain yang berdaulat.
Penulis adalah peneliti sosial, Department of Social Anthropology, University of Sussex, United Ki ngdom | |
|