Admin Admin
Jumlah posting : 549 Registration date : 08.01.08
| Subyek: Kursi PTN buat si Miskin, Pintar Jadi Syarat Utama Fri Apr 03, 2009 3:37 pm | |
| Kursi PTN buat si Miskin, Pintar Jadi Syarat Utama Suara Pembaruan, Jumat 03 April 2009 Sekitar 17.000 pelajar SMA mengikuti ujian masuk Universitas Gadjah Mada (UGM) di Stadion Utama Gelora Bung Karno, Senayan, Jakarta, baru-baru ini. Peluang pelajar dari keluarga miskin untuk kuliah di PTN tetap terbuka.
Kesempatan bagi anak-anak dari keluarga miskin untuk kuliah, khususnya di perguruan tinggi negeri (PTN), tetap terbuka. Syarat utamanya, mereka lolos tes masuk. Sayangnya, tak banyak calon mahasiswa dari keluarga miskin yang pintar, seperti Komeni, Ais Rohim, dan Indarani, yang lolos tes dan bisa kuliah di Universitas Indonesia (UI) dan Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta.
Sebagian besar anak miskin mengalami persoalan gizi, sehingga otak mereka tidak berkembang. Kondisi itu membuat mereka kalah bersaing saat masuk perguruan tinggi. Tak heran bila hanya sebagian kecil anak-anak dari keluarga miskin yang bisa mengecap pendidikan tinggi.
"Ini masalah bangsa. UI hanya menerima orang pintar, tak peduli dia mampu atau tidak. Tapi sayang dari orang miskin, yang pintar itu sedikit. Ini tugas negara untuk memperhatikan persoalan gizi bagi anak-anak keluarga miskin. Kalau mereka dipaksakan diterima di UI, satu semester bisa drop out karena kualitasnya memang tidak bagus," kata Rektor UI, Gumilar Rusliwa Somantri.
Menurutnya, UI memiliki komitmen, bahkan telah merealisasikan amanat Undang-Undang tentang Badan Hukum Pendidikan (BHP) untuk menerima sedikitnya 20 persen mahasiswa dari kalangan kurang mampu. "Isu uang untuk masuk UI itu tidak elevan. Penerima beasiswa di UI mencapai 30 persen," tegasnya.
Beasiswa yang diberikan berasal dari kerja sama dengan berbagai perusahaan yang mencapai Rp 11 miliar dan UI menyediakan Rp 25 miliar. Ada juga biaya kuliah yang ditanggung orangtua asuh. "Selama satu semester mahasiswa UI membayar sesuai kemampuan, antara Rp 100.000 sampai Rp 7,5 juta. Padahal, rata-rata biaya yang dibutuhkan seorang mahasiswa mencapai Rp 18 juta dan khusus mahasiswa kedokteran, Rp 50 juta," katanya.
Anggaran pendidikan dari pemerintah yang terus meningkat dari tahun ke tahun membuat persentase biaya kuliah yang ditanggung mahasiswa semakin turun. Sebelum tahun 2008, mahasiswa bisa menanggung biaya kuliah sampai 90 persen. Pada 2008, mahasiswa menanggung 63 persen, UI 25 persen, dan pemerintah 12 persen, di tahun 2009 mahasiswa tinggal 45 persen, UI 30 persen, dan pemerintah 25 persen, dan tahun depan masing-masing pihak menanggung 33,3 persen.
Tak jauh berbeda dengan UI, Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta memiliki program khusus bagi calon mahasiswa dari keluarga kurang mampu. Ketua Panitia Ujian Masuk (UM) UGM, Budi Prasetyo menyebutkan pihaknya memiliki jalur Penelusuran Bibit Unggul Tidak Mampu (PBUTM). Jalur ini ditujukan bagi siswa yang tidak mampu secara ekonomi.
Dia mengakui status Badan Hukum Milik Negara (BHMN) membuat biaya kuliah menjadi mahal. Pihaknya mengandalkan penerimaan Sumbangan Pembinaan Pendidikan (SPP), Biaya Operasional Pendidikan (BOP), dan Sumbangan Peningkatan Mutu Akademik (SPMA). Besarnya SPP mencapai Rp 500.000, BOP Rp 60.000 per SKS untuk ilmu sosial dan Rp 75.000 untuk ilmu eksakta, dan SPMA antara Rp 5 juta hingga Rp 125 juta. "Kami memberikan beasiswa, berupa pembebasan SPMA untuk 1.000 mahasiswa yang mempunyai prestasi akademik unggul dan secara ekonomi tidak mampu, serta menyediakan 7.000 sampai 8.000 beasiswa dengan total anggaran Rp 17 miliar per tahun," katanya.
"ITB untuk Semua"
Institut Teknologi Bandung (ITB) juga membuka kesempatan bagi calon mahasiswa dari keluarga tidak mampu lewat beasiswa "ITB untuk Semua". Melalui program ini, ITB menyediakan uang pendidikan, ongkos tempat tinggal, dan biaya hidup selama kuliah. "Ini baru pertama kali," kata Wakil Rektor Senior Bidang Akademik ITB, Adang Surahman.
Beasiswa ini berbeda dengan yang sudah ada sebelumnya. Selain dibiayai penuh, jika peraih beasiswa datang dari luar Jawa, juga akan dibiayai. "Mereka harus lulus tes dahulu. Setelah menjadi mahasiswa, semuanya sama," katanya.
Ketua tim penyelenggara "ITB untuk Semua" Betty Alisjahbana mengatakan kuota yang tersedia untuk tahun ini sebanyak 100 orang.
Dana beasiswa itu didapat dari donatur perusahaan, perorangan, kelompok, dan donatur kolektif terbuka. "Setiap mahasiswa membutuhkan dana Rp 100 juta untuk kuliah empat tahun, termasuk biaya hidup, sewa kamar, dan uang buku. Kami proaktif mencari calon mahasiswa yang pandai tetapi datang dari keluarga kurang mampu. Kami targetkan tahun depan jumlahnya mencapai 10 persen dari 3.000 mahasiswa baru," katanya.
Sedangkan, Institut Pertanian Bogor (IPB) akan menerima 20 persen calon mahasiswa kurang mampu dari total 3.200 mahasiswa baru. "Sejak 1980-an IPB menerapkan sistem subsidi silang bagi calon mahasiswa dari keluarga miskin. Itu ide mantan rektor, Andi Hakim Nasution," ujar Norman Razief Azwar dari Direktorat Pengkajian dan Pengembangan Akademik (PPA).
Untuk biaya kuliah, Kasubdit PPA IPB, Swastiko Priyambodo yang mendampingi Norman, menyatakan biaya kuliah mahasiswa ditetapkan berdasarkan pendapatan orangtua, mulai kurang dari Rp 500.000 sampai di atas Rp 7,5 juta per bulan. "Bagi mahasiswa kurang mampu tapi secara akademik bagus, IPB memberikan beasiswa," ujarnya.
Universitas Hasanuddin (Unhas) Makassar juga melakukan hal serupa. Menurut Pembantu Rektor I Unhas, Dadang Achmad Suryamiharja, pada tahun ajaran 2009/2010, pihaknya merekrut 4.500 mahasiswa, 20 persen di antaranya dari keluarga miskin.
Bukti calon mahasiswa miskin ditunjukkan dengan surat keterangan penghasilan orangtua dan rekening listrik. "Calon mahasiswa tetap saja harus mengikuti seleksi. Setelah lulus baru diprioritaskan mendapat bea siswa Rp 250.000 per bulan," katanya. | |
|