Admin Admin
Jumlah posting : 549 Registration date : 08.01.08
| Subyek: Kuliah Dulu, Kerja Baru Bayar Tue Jan 27, 2009 5:56 pm | |
| Kuliah Dulu, Kerja Baru Bayar Suara Pembaruan, 27 Januari 2009 Staf pengajar komputer STT 10 Nopember membimbing mahasiswa di laboratorium kampusnya di Cililitan, Jakarta Timur, Selasa (27/1).
Tatkala seseorang ingin menimba ilmu di perguruan tinggi, tetapi kantong tipis atau kasarnya miskin, bisa ngak ya? Hari gini, mana ada yang tidak pakai uang. Tidak ada yang gratis, apalagi di Ibukota.
Kira-kira seperti itulah jawaban yang akan diperoleh. Namun, jawaban itu tidak seluruhnya benar. Ternyata, masih ada kesempatan mengenyam pendidikan ke perguruan tinggi di Jakarta, tanpa harus terbebani dengan biaya jutaan, bahkan ratusan juta rupiah.
Masalah biaya kuliah menjadi hal utama yang harus dipersiapkan bagi para calon mahasiswa. Biaya sekolah, terutama biaya kuliah, sering membingungkan para orangtua. Apalagi bagi mereka yang memang belum siap meskipun anaknya memiliki potensi dan semangat belajar tinggi atau kemampuan akademik yang lumayan. Lebih pastinya, kata banyak orang, saat ini tidak ada pendidikan gratis.
Karenanya, tidak heran jika banyak yang mengusulkan agar biaya kuliah dipertimbangkan kisaran besarnya. Kalau perguruan tinggi negeri (PTN) saja di negeri ini, uang masuknya selangit, seperti di Fakultas Kedokteran (FK) Universitas Padjadjaran (Unpad) Bandung yang dipatok sampai Rp 175 juta, bagaimana dengan swasta. Pasti lebih 'gila' lagi.
Seperti diketahui, Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi (Ditjen Dikti) Departemen Pendidikan Nasional (Depdiknas) telah memberi gambaran kisaran uang kuliah per tahun, yakni sekitar Rp 18 juta bagi setiap mahasiswa. Jumlah ini dianggap cukup seimbang, mengingat kampus harus menyediakan berbagai fasilitas yang disesuaikan dengan perkembangan. Akan tetapi, tak sedikit warga masyarakat yang masih saja merasa tak mampu dengan nominal yang ditetapkan tersebut.
Lalu, bagaimana jika ada sebuah institusi pendidikan yang menawarkan pilihan kuliah dulu, namun biaya kuliah dapat dibayar setelah kerja? Percayakah Anda?
"Kuliah Dulu, Kerja Baru Bayar". Itu bunyi sebuah brosur yang ditempel di angkot jurusan Kampung Melayu-Gandaria, Jakarta Timur.
Apakah itu sebuah bualan belaka? Ternyata tidak. Itu benar demikian kenyataannya. Dan itulah yang dilakukan Sekolah Tinggi Teknologi (STT) 10 Nopember Jakarta yang kampusnya terletak di ujung Jl Cililitan, Jakarta Timur.
STT 10 Nopember Jakarta yang menawarkan pilihan tersebut, bagi para lulusan sekolah menengah yang berminat melanjutkan studinya, tapi tidak memiliki dana yang menunjang. Kalau mau kuliah, tetapi biaya kurang, jangan khawatir, STT 10 Nopember bisa memberi solusinya.
"Institusi ini didirikan atas dasar pengalaman pribadi. Dulu, setelah dua minggu lulus kuliah dari Institut Sains dan Teknologi Nasional (ISTN) Jakarta, saya dan teman-teman pergi naik mobil guna refreshing. Namun, tiba-tiba, mobil yang kami tumpangi mogok. Kami berusaha memperbaikinya dan berhasil. Nah, dari situ kami berpikir, kenapa tidak mendirikan sebuah tempat pelatihan montir," ujar Ir Muchlis Mursalin MM, Ketua Yayasan Pendidikan Puspa Indragiri, yang kini membawahi STT 10 November.
Tepatnya pada 10 November 1987, didirikanlah Lembaga Pelatihan Kerja (LPK) khusus otomotif dan mesin pendingin di Pulogadung, Jakarta Timur. Seiring berjalannya waktu, sampai dengan tahun 1994, LPK ini memiliki 20 cabang yang terdapat di wilayah DKI Jakarta, termasuk Bekasi.
Namun, pria asli Riau ini mengaku, karena tidak cukup memiliki kemampuan manajemen yang baik, pada 1997 akhir, LPK tersebut menyusut menjadi sebuah kampus pusat yang ditempatkan di Cililitan dan hanya dua kampus cabang di Kalideres dan Bekasi.
Seiring persaingan di dunia pendidikan yang semakin ketat, LPK ini kembali menyusut menjadi satu tempat saja, yakni di kantor pusat, Cililitan. Tak ingin mengalami kemunduran, dibukalah program diploma satu (D I).
Menilik bagusnya animo lulusan sekolah menengah yang masuk ke jurusan teknik ini, pihak yayasan sepakat untuk membuka jenjang pendidikan yang lebih tinggi, yaitu program diploma tiga (D III). Selanjutnya, sejak 2001, akademi teknik ini berubah nama menjadi STT.
Tak hanya itu, tepatnya dua tahun lalu juga dibuka Sekolah Menengah Kejuruan 10 Nopember. "Tiga jenjang yang berbeda tersebut dibuka dengan tujuan untuk menyokong dana perawatan alat praktikum yang selama ini membutuhkan biaya yang tidak sedikit dan tidak mampu ditanggung oleh pihak yayasan," lanjut pria yang menyelesaikan S2 di Universitas Trisakti ini.
Ditanya keabsahan mengenai program "Kuliah Dulu, Bayar Kuliah Setelah Kerja", warga Pinangranti, Kompleks Taman Mini Indonesia Indah ini mengatakan, program tersebut memang berlaku khusus bagi jurusan teknik pendingin dan teknik sistem komputer yang saat ini sangat dibutuhkan perusahaan.
Kalau nantinya memutuskan untuk tidak bekerja di perusahaan atau pabrik, dengan bekal ilmu salah satu dari dua jurusan tersebut, para lulusan dapat berwiraswasta.
Jam kuliah di STT 10 Nopember adalah dari pukul 18.30 sampai dengan 21.30.
Dengan demikian, para karyawan yang ingin menambah ilmu tentang teknik, dapat kuliah di sini setelah mereka pulang bekerja.
Untuk biaya kuliah di luar dua jurusan tersebut, pihak kampus tetap mengenakan biaya murah, yakni Rp 175.000 per bulan, tanpa dipungut biaya lain-lain. Beban kredit semester adalah 120, yang dapat ditempuh dalam enam semester.
Setiap tahun ajaran baru, jumlah mahasiswa masuk rata-rata 100 orang. Sedangkan, untuk LPK berjumlah 10 orang. "Dalam dua tahun terakhir, program-program yang kami adakan terhitung sukses," kata pria 53 tahun ini.
Walau mahasiswanya tak sebanyak universitas atau sekolah tinggi lainnya, apa yang dilakukan STT 10 Nopember Jakarta ini, patut diacungi jempol. Kita menanti perguruan tinggi lain, terutama perguruan tinggi negeri (PTN) bisa melakukan program kuliah dulu, kerja baru bayar tersebut. [Ignatius Sigit Widya] | |
|