Admin Admin
Jumlah posting : 549 Registration date : 08.01.08
| Subyek: Emas dan Minyak Capai Rekor Tertinggi, Eropa Khawatirkan Resesi AS Fri Mar 14, 2008 3:59 pm | |
| Eropa Khawatirkan Resesi AS Emas dan Minyak Capai Rekor Tertinggi [BRUSSELS] Harga minyak mentah dunia mencatat rekor tertinggi, yaitu US$ 110 per barel, pada hari Kamis (13/3). Bahkan, pada perdagangan di Pasar Asia, Jumat (14/3) pagi ini, harga minyak mentah telah mencapai US$ 111/barel.
Hal ini, menurut para pedagang, sebagai dampak anjloknya nilai tukar dolar. Selain itu, ada kekhawatiran tentang suplai minyak di pasar dunia. Nilai tukar dolar AS terhadap euro Kamis, juga kembali menembus rekor terbaru, yakni lebih dari US$ 1,56 per satu euro. Sementara harga emas juga melambung lebih dari US$ 1.000/ounce (31,105 gram).
Para pemimpin Uni Eropa, dalam sebuah pertemuan yang berlangsung Kamis, mengutarakan keresahan mereka atas melonjaknya nilai tukar euro, membubungnya harga minyak dunia, serta resesi yang melanda AS. Tetapi, mereka tetap yakin ekonomi Eropa dapat bertahan menghadapi badai yang semakin meningkat.
Perdana Menteri Italia, Romano Prodi mengatakan, ia dan jajaran pemimpin Eropa yang lain merasa "khawatir" atas goncangan pasar yang sangat dramatis, sehingga mendongkrak nilai tukar euro serta harga minyak dan emas ke rekor tertinggi yang baru.
"Jelas, kami khawatir tentang nilai tukar euro, serta harga minyak, emas, bahan-bahan mentah maupun berbagai komoditas pertanian," kata Prodi. Ia menyebutkan kekacauan pasar tersebut sebagai sebuah "problem besar".
"Semua itu melatarbelakangi apa yang kita bicarakan dalam pertemuan ini," kata Prodi kepada para wartawan di Brussels setelah berlangsungnya KTT dua hari.
Harga minyak mentah dunia juga terus meningkat di hari yang terbilang dramatis bagi pasar global. "Saya bahkan tidak dapat mengikuti harga minyak. Barangkali harga minyak sekarang ini tengah merangkak lebih tinggi dari empat jam yang lalu," kata Prodi, bersamaan dengan ditutupnya perdagangan harga minyak mentah pada rekor tertinggi, yakni di atas US$ 110 per barel, sebuah rekor yang baru pertamakalinya terjadi di New York.
Di tempat lain, Menteri Luar Negeri Arab Saudi, Pangeran Saud al-Faisal mengatakan, para spekulan harus bertanggung jawab atas kenaikan harga minyak ini. Namun, para analis bisnis ini justru mengkhawatirkan harga pasar minyak dunia bisa membengkak lagi.
Suplai minyak mentah untuk bulan April pada perdagangan di New York ditutup dengan angka pada US$ 110,33 per barel. Ini berarti naik 41 sen dari penutupan perdagangan hari Rabu (12/3). Namun pada pembukaan perdagangan di hari yang sama, harga minyak itu sempat mencatat US$ 110.
Di London, suplai minyak mentah Brent North Sea tercatat US$ 107,54 per barel setelah perdagangan di hari itu mencatat US$ 107,88. Melihat angka-angka itu, Pangeran Faisal menegaskan, kekhawatiran tentang pasokan minyak menyebabkan harga menjadi melambung.
"Turbulensi yang ada sekarang di pasar minyak adalah akibat dari spekulasi dan tidak ada hubungannya sama sekali dengan pasar fundamental yang pada dasarnya stabil," tambahnya pada pertemuan Konferensi Negara-negara slam di Dakar.
James Williams, analis pasar pada WTRG Economic mengungkapkan, tingginya harga itu sebagai dampak dari melemahnya nilai dolar AS. Minyak digunakan oleh para spekulan untuk melawan nilai dolar. "Tidak lebih dari itu," katanya.
Akibatnya, para produsen minyak dipaksa untuk menaikkan suplai dan memperlambat permintaan. "Jadi, harga minyak kini sedang melambung, tegas Phil Flynn," analis pasar dari Alaron Trading.
Ekstrem
Kecenderungan perubahan harga-harga dan nilai tukar yang sangat ekstrem, telah mencengkeram pasar-pasar keuangan global, di tengah meningkatnya keprihatinan terhadap perekonomian AS yang tiba-tiba bergerak ke arah resesi, serta tidak efektifnya upaya-upaya perbankan pusat untuk memulihkan pasar kredit yang tengah dilanda krisis.
"Ekonomi Amerika kini tengah berada di pinggir resesi. Di sisi lain saya juga tidak berpikir hal itu akan berlangsung terlampau lama," ungkap Menteri Keuangan Luksemburg, Jean-Claude Juncker, yang berbicara atas nama mitra wicaranya dari negara-negara anggota Zona Euro. Juncker berbicara selaku ketua pertemuan rutin mereka yang digelar selama dua hari di Brussels.
"Situasi semacam itu tidak menguntungkan buat kita. Tetapi situasi tersebut juga tidak bakal menyeret Eropa ke dalam resesi," kata Juncker.
Kendati ada sejumlah kekhawatiran atas terus meningkatnya nilai tukar euro sehingga melewati angka rekor, Juncker mengatakan, dia tidak berpikir Eropa harus mulai bertindak hiper reaktif. "Kita harus mencermati secara seksama apa yang tengah terjadi dan kita tengah terus meningkatkan kewaspadaan kita," ia menandaskan. "Kami tidak menyukai perubahan nilai tukar yang terlampau eksesif," kata Juncker.
Kokohnya euro tidak ubahnya pedang bermata ganda bagi 15 negara yang tergabung dalam Zona Euro. Kokohnya euro akan mengusik daya kompetitif ekspor mereka. Tetapi, hal itu juga akan membuat sejumlah komoditas impor jadi jauh lebih murah.
Sejumlah negara yang masuk Zona euro, seperti Jerman, sejauh ini merasa nyaman dengan kuatnya nilai tukar euro dan terus meraih surplus perdagangan. Sementara sejumlah negara lain, seperti Prancis, khawatir bahwa posisi euro yang terlampau kuat akan merusak daya kompetitif mereka di pasar dunia.
Di tengah tidak adanya kesepakatan untuk mengambil tindakan, para menteri keuangan dari negara-negara yang tergabung dalam Zona Euro serta para bankir pusat telah membatasi reaksi mereka dengan hanya memperingatkan untuk mewaspadai ketidakstabilan pasar dan mendesak Washington agar berbuat lebih banyak ketimbang sekadar "membual" tentang kuatnya kebijakan dolar mereka. [AFP/E-9/E | |
|