anwarp
Jumlah posting : 122 Location : Jakarta Registration date : 16.01.08
| Subyek: KOMENTAR TTG UNSRAT DARI NETTERS BPD SULUTLINK Sat Mar 01, 2008 10:32 am | |
| KOMENTAR TTG UNSRAT DARI NETTERS BPD SULUTLINKPosted by orang tounsaru on February 29, 2008, 23:04:38 89.12.248.226
tabea
Tentu saja ada banyak persoalan di Unsrat. Mahasiswa bakutumbu walaupun kesannya kampungan,hanyalah asap kecil dipuncak tumpukan sekam.Saya ingin mengajak para pemerhati Unsrat untuk melihat perkara-perkara sederhana,kasat mata,yang bisa kita rubah atau baharui,ketimbang perkara-perkara canggih,dana besardan utopis.
Unsrat terlalu banyak dosen. Dosen yang tidak punya kapasitas sebagai dosen. Banyak dosen tidak lebih dari pegawai negeri biasa.Mental birokrat,bukan mental peneliti.Sementara para profesor bersikap seperti tuan besar,malas meneliti,malas melahirkan karya tulis.Selalu alasan tidak ada dana penelitian.
Sementara mahasiswa bergerombol ditempat-tempat tertentu,laki-laki carita parempuan,perempuan cerita pengalaman bercinta semalam. Mereka kurang berdebat tentang tema mata kuliah,malas masuk perpustakaan. Ini namanya Unsrat tidak memiliki iklim ilmiah.
Pemilihan rektor jadi ajang politik. Jadi rektor jadi penguasa.Bukan ajang implementasi visi Ilmupengetahuan.
Menurut saya Unsrat harus ditataulang.Unsrat mesti jadi sumber Ilmu pengetahuan yang dibutuhkan rakyat.Unsrat mesti jadi laboratorium,punya visi Ilmupengetahuan yang bisa diterapkan didaerah sendiri. Perpustakaannya haruslah menjadi perpustakaan yang sibuk. Mahasiswa berjalan cepat,berpacu dengan waktu menyelesaikan tugas-tugas,sehinga tidak ada waktu untuk tawuran.Dosen juga sibuk membaca dan mengeksplorasi. __________________________________________________________________________________________________________________ Posted by Beach Bum on March 1, 2008, 1:46:13, in reply to "Menata ulang Unsrat" 72.198.49.69
alamak, kalo banya dosen yang nganggur gak mo nulis buku, banyak nyambi diluar, ngajar gak becus, mental birokrat bukan mental peneliti, dll tantu ley depe solusi adalah, buka sasana Unsrat jo kong latih dorang jadi fighter alias kungfu fighting ik...ik..ik....
sapa tau dengan adanya sasana Unsrat, selain bisa jadi tempat olah raga, bisa sapa tau salah satu bisa jadi jawara dll...tapi yang jelas kalo ada sarana seperti sasana tsb maka dorang pe mental jadi bisa ditempa, bukan jadi mental tempe alias mental birokrat.
kalo mo buka sasana tinju di unsrat maka kontak saja sama angelina sondakh hahahahhaah dia skarang jadi ketuanya dan tentu bisa dapat kemudahan fasilitas....oich tokh ?
let's get ready to rumba ik..ik..ik...
have a nice week-end,
beach bum
Tentu saja pikiran saya bukanlah hal yang baru.Tapi lebih baik kita bicara hal yang esensil yang bisa dio perasikan.Maaf bagi dosen Unsrat. _______________________________________________________________________________________________________ Re: Menata ulang Unsrat, Unima, Ukit, dll.
Posted by orang tounsaru on March 1, 2008, 0:32:18, in reply to "Menata ulang Unsrat, Unima, Ukit, dll." 89.12.248.226
tabea
Maesa melihat ada benang merah yang bakusambung antara Unsrat,UKIT,Unima,dll.Artinya benang ini bisa ditarik lebih panjang lagi melewati banyak Universitas di Indonesia. Aha,Unsrat ternyata tidak sendiri.Bahkan jika dibandingkan dengan Universitas lain,barangkali Unsrat masih lebih baik. Kenyataan ini mungkin sedikit menghibur.
Jika kampus itu sebuah kampung,maka semangat penduduk penghuni kampung itu adalah semangat ilmu pengetahuan,perceckcokan dikampung itu adalah percekcokan ilmupengetahuan saja,etika dikampung itu adalah etika ilmupengetahuan. Karena itu yang menjadi rektor dikampus itu,atau yang menjadi kuntua dikampung itu,adalah pemimpin yang mampu menjamin dan mengembangkan terselenggaranya etos ilmupengetahuan itu.
Jika budaya atau etos Ilmu tidak berkembang disatu kampus,maka yang muncul adalah budaya kekerasan.Budaya kekerasan adalah budaya memaksakan kehendak. Memaksakan kehendak tidak menggunakan akal sehat sebagai alat analisis,tapi otot yang didorong oleh naluri massal yang liar.Itulah tawuran. Seperti apa yang terjadi di Unsrat dan Ukit.
Saya tidak melihat tawuran diUnsrat sebagai tawuran mahasiswa saja.Dia lebih dari sekedar itu. Tawuran mahasiswa bagaikan muntahan lahar saja. Pertarungan yang sebenarnya terjadi pada tingkat struktural, yang melibatkan para elit kampus,politikus dan peloby. Struktur ini telah membusuk sehinga melahirkan magma yang mencetuskan lahar-lahar itu.
Kembalikan kampus pada fungsiyang sebenarnya. Jadikankampus sebagai kampung,sebagai dapur,yang mengelola ilmu pengetahuan jadi santapan segar,yang aromanya tercium disudut-sudut bumi.Inibutuh jiwa besar danhati nurani tentunya.
Problematika di Unsrat.... __________________________________________________________________________________________________ Posted by -K- on March 1, 2008, 0:03:20, in reply to "Menata ulang Unsrat" 67.85.35.201
Bagus sekali boss pe tanggapan mengenai ini UNSRAT. Unsrat pertama-tama sebenarnya so "menang nama". Samratulangi adalah seorang tokoh. Ia ditokohkan karena pikiran-pikirannya. Ia adalah salah seorang "tokoh pikir" Indonesia. Dunia pendidikan banyak mengenal beliau. Mungkin sang tokoh itu akan meneteskan air mata melihat keadaan Unsrat -yg memakai namanya-, seandainya ia masih hidup.
Tidak bakalan banyak "tokoh pikir" sekelas Dr.Samratulangi, kalau kualitas Prof & Doktor diUnsrat hanya berambisi untuk kekuasaan, harta dan jabatan. Untuk mencari nama, kebanyakan lebih senang berkhotbah di gereja A atau gereja B ketimbang karena menulis jurnal ini, menulis buku itu, membuat penelitian yang dibukukan dan di bakukan, dllnya. Jadi cara utk "menjadi terkenal" nya lain.
Semasa saya kuliah di Unsrat dulu saja, lihat saja kapasitas dan kualitas perpustakaan disitu (baik di Fakultas maupun di Pusat); jarang ada buku baru, text book ekonomi yg baru2 terpaksa mesti saya pesan diluar melalui toko buku. Bagaimana bisa maju, kalau budaya baca mahasiswa dan dosen dilingkungan kampus kalau perpustakan saja tidak memiliki kelengkapan yg cukup memadai ?!. Harusnya membaca dan menulis dilingkungan kampus itu harus daily basis bukan senen-kemis, kalau ada penelitian, mau bikin disertasi baru buka buku.
Dulu saya sempat menjadi assisten dosen (sukarela dan tdk digaji). Yg lucu adalah bahwa yg minta saya bantu ngajar justru aktif di partai he..he..he....jadi kalau dia lagi sibuk diurusan partai saya dipanggil. Mana bisa kecintaan terhadap partai 'mengalahkan' tugas dia sebagai seorang pengajar ?!
Yah, itulah lika-liku Unsrat. Saya cuma mengomentarinya dari sisi ini. Sebagai suatu bentuk catatan kecil semata. Adalah merupakan suatu yg membanggakan, bila nanti, kelak Unsrat bisa menjadi Universitas yg kredibel dlm bidang penelitian maupun penulisan buku. Belum pernah ada buku acuan yg di pakai mahasiswa se-Indonesia yg penulisnya adalah Dosen Unsrat kang ? Mudah2an akan ada.... | |
|